Selasa, 26 April 2011

Adakah Peristiwa yang "Kebetulan"?



Satu dari sekian banyak contoh adalah peristiwa yang dialami oleh dua Presiden Amerika, Abraham Lincoln dan J.F. Kennedy. Begini kisahnya :

Lincoln menjadi Presiden pada 1860, dan Kennedy 1960. Pengganti Lincoln bernama Johnson (Andre) lahir 1808 sedang pengganti Kennedy juga Johnson (Lindon) lahir 1908. Kedua presiden, Abraham dan Kennedy, terbunuh. Pembunuh Lincoln lahir pd 1839 sedang pembunuh Kennedy lahir pada 1939. Kedua pembunuh ini terbunuh sebelum sempat diadili.


Sekretaris Lincoln bernama Kennedy dan sekretaris Kennedy bernama Lincoln. Kedua sekretaris menyarankan kepada presiden agar tidak pergi ke tempat dimana kemudian terjadi pembunuhan, namun keduanya menolak. Pembunuh Lincoln melakukan pembunuhan di teater kemudian bersembunyi di pasar swalayan, sedang pembunuh Kennedy melakukan pembunuhan di pasar swalayan kemudian bersembunyi di teater, Apakah ini sebuah kebetulan atau ada penafsiran lain?

Suatu peristiwa yang tidak sejalan dengan kebiasaan atau terjadi secara tidak terduga biasa dinamai "kebetulan". Tapi tidak ada "kebetulan" disisi Allah SWT. Sebagian dari "kebetulan-kebetulan" itu tidak dapat ditafsirkan dengan teori kausalitas (sebab dan akibat)

Dalam kehidupan Nabi SAW, terdapat pula hal-hal "kebetulan". Beliau lahir, hijrah, dan wafat pada hari Senin bulan Rabi' Al-Awwal yang arti harfiahnya antara lain adalah "ketenangan", "keadaan yang nyaman", dan "kesuburan". Ayah beliau bernama Abdullah yang mengandung makna "keharuman" dan "pengabdian kepada Allah". Ibunya bernama Aminah (kedamaian dan keamanan). Bidan yang menangani kelahirannya adalah Asy-Syifa' (kesembuhan, perolehan sempurna dan memuaskan), sedang ibu susu beliau bernama Halimah (yang lapang dada).

Beliau sendiri diberi nama Muhammad (yang terpuji) suatu nama yang sebelumnya tidak dikenal, sehingga menimbulkan pertanyaan sekian banyak orang: “Mengapa kakeknya yang sejak kecil dinamai Syaibah (orang tua yang bijaksana) menamai demikian?” Apakah nama-nama tersebut kebetulan-kebetulan atau ia merupakan isyarat-isyarat tentang kepribadian manusia mulia ini?

Apakah makna kematian ayahnya sewaktu beliau masih dalam kandungan, kematian ibunya ketika ia masih kecil, kepergiannya ke desa menjauhi polusi kota, kehidupan masyarakat yang relatif belum mengenal peradaban merupakan merupakan kebetulan-kebetulan ataukah bagian dari strategi Allah untuk menjauhkannya dari acuan yang dapat mempengaruhi pembentukan kepribadiannya?

Tauhid yang dikumandangkannya ditengah-tengah dunia yang mempersekutukanNya, kemanusiaan yang diajarkan pada dunia fanatisme buta terhadap golongan maupun bangsa, bukti kebenaran yang dipaparkan dengan argumen logika di arena pengandalan mukjizat dan sihir, apakah semua ini lahir begitu saja tanpa suatu mukadimah atau sebab?

Bila kita menjawab "tidak", maka orang akan berbalik bertanya: Apa sebab itu? Dapatkah kebejatan melahirkan kebaikan? Dapatkah penyakit menyembuhkan penyakit? Dapatkah jahiliah melahirkan Islam?

Kalau sekali lagi kita menjawab "tidak", maka ketika itu kita harus mengakui bahwa ada kenyataan yang tidak dapat ditafsirkan dengan teori sebab akibat yang kita kenal. Kita harus mengakui bahwa di samping sunnatullah, ada juga yang dinamai inayatullah (uluran tangan Allah) yang tidak harus sama dengan sunnatullah. Allahu’alam


Sumber: Jelang Maulid Nabi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar